Selasa, 27 Maret 2012

Mandala Siap Terbang Kembali dengan Rute Baru

      PT Mandala Airlines (Mandala) akan kembali meramaikan dunia penerbangan Indonesia. Mulai April 2012 nanti, mandala siap mengudara dengan melayani dua rute. Anda pun memiliki banyak pilihan maskapai untuk bepergian nanti.

Mandala telah mengantongi izin terbang atau Air Operator Certificate (AOC) dan siap memulai pelayanan pada 4 April 2012. Mandala akan kembali mengudara dengan 2 pesawat melayani 2 rute.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S. Ervan mengatakan telah menerima laporan dari pihak manajemen Mandala.

"Mandala melapor siap untuk terbang melayani 2 rute dengan 2 pesawat. Pesawat sudah standby kalau tidak, AOC tidak keluar," kata Bambang kepada detikcom, Selasa (27/3/2012).

2 Rute baru tersebut adalah Jakarta-Singapura-Medan-Singapura-Jakarta dan Jakarta-Singapura-Denpasar-Jakarta dengan menggunakan pesawat Airbus 320.

Sayangnya, maskapai ini masih meninggalkan beberapa permasalahan menjelang penerbangan perdananya. Para calon penumpang yang uang pembelian tiketnya tertahan di Mandala, saat perusahaan ini berhenti terbang, hingga kini belum dapat kepastian.

Hal ini disampaikan oleh Koordinator Pusat Aliansi Konsumen Korban Mandala Arif Sugiono.

"Hingga saat ini pihak Mandala tak pernah mengkomunikasikan soal refund tiket kami, ke konsumen tak ada niat baik, kita masih gelap," katanya.

Sebelumnya Mandala Airlines berhenti terbang 13 Januari 2011, akibat kekurangan dana operasional dan menumpuknya utang. Kini, maskapai swasta tersebut kembali siap melayani penerbangan Anda.

Wahyu Daniel-detikFinance

Rabu, 14 Maret 2012

Batavia Air Terperosok, Bandara Sepinggan Sempat Tutup



Pesawat Airbus 320 milik Batavia Air terperosok di ujung landasan pacu saat mendarat di Bandara International Sepinggan di Balikpapan pukul 11.30 WITA, sehingga membuat bandara ditutup selama dua jam hingga pukul 13.30 WITA.
Batavia Air Terperosok, Bandara Sepinggan Sempat Tutup
Roda belakang pesawat tenggelam di aspal lunak ujung runaway 07 yang disebut RESA (runaway end safety area). Menurut Indarto, Airport Duty Manager Sepinggan Airport PT Angkasa Pura I, meski pesawat terguncang, tidak ada korban dari peristiwa ini. ]
Setelah dua jam bandara dibuka kembali untuk kedatangan dan keberangkatan dengan menggunakan panjang landasan 2.040 meter dari 2.500 landasan normal. Pesawat Garuda Indonesia GA 515 tujuan Jakarta menjadi yang pertama berangkat setelah landasan dibuka kembali pukul 13.30 WITA. GA 515 terbang pukul 14.06, disusul Lion Air juga tujuan Jakarta pukul 14.17.
Karena peristiwa itu terjadi di ujung landasan, maka meskipun pesawat bernomor registrasi PK-YVE itu belum boleh diutak-atik hingga diizinkan oleh pejabat Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), panjang landasan yang tersisa dianggap cukup untuk pendaratan maupun lepas landas dengan aman.
Airbus 320 Batavia Air bernomor penerbangan Y 2911 tersebut mengangkut 176 penumpang, terdiri atas 170 dewasa dan enam bayi. Mereka semua turis asal Cina.
Sebelumnya pesawat terbang dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali dengan tujuan Bandara Internasional Xiaoshan, Hangzhou, Cina.
Pesawat diterbangkan kapten pilot Didi Sambodo dan kopilot Muhammad Farin dengan kru udara delapan orang.
Pesawat mendarat di Sepinggan untuk transit mengisi bahan bakar dan imigrasi.
Para penumpang sementara diungsikan di ruang keberangkatan internasional Bandara Sepinggan. Mereka sempat mengeluh karena ketiadaan informasi, air, dan makanan yang segera disediakan oleh perusahaan penerbangan yang bersangkutan.

Selasa, 06 Maret 2012

Sultan Setuju Bandara Baru di Palihan Temon Kulonprogo

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyetujui pilihan lokasi Bandara Internasional Kulonprogo di daerah Palihan, Kecamatan Temon. Posisinya adalah di sebelah barat Kali Serang di antara Pantai Congot dan Pantai Glagah. Tim konsultan dari PT Angkasa Pura I dan Kementerian Departemen Perhubungan akan segera melakukan studi kelayakan (feasibility study), guna mendapatkan kajian lebih lengkap dan pasti menuju realisasi proyek infrastruktur strategis ini.
Areal bandara nanti juga tidak akan tumpang tindih dengan lahan pertambangan pasir besi PT Jogja Magasa Iron (JMI). Keterangan ini diungkapkan Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Bappeda DIY, Gatot Saptohadi, akhir pekan lalu.
“Saat pertemuan bersama tim konsultan, Kemenhub, Ditjen Hubud, Bupati Kulonprogo, dan PT Angkasa Pura I di Kepatihan, Kamis (11/8), Sultan menyangka kalau dari hasil feasibility study, areal bandara sama dengan proyek eksplorasi biji besi,” kata Gatot Saptohadi kepada Tribun Jogja, Jumat (12/8) pagi.
Kepastian itu juga disampaikan Sekda Kulonprogo, Budi Wibowo. “Di sebelah timur Kali Serang, untuk proyek eksplorasi biji besi. Kemudian, Serang digunakan pelabuhan ikan. Bayangan Sultan, lokasi bandara ada di sebelah timur JMI, atau tumpang tindih dengan proyek PT JMI,” lanjut Gatot.
Pemerintah Provinsi DIY dan PT Angkasa Pura I (Persero) telah meneken Memorandum of Understanding (MoU) rencana pembangunan bandara pengganti Bandara Internasional Adisutjipto di Sleman. Lahannya akan menggunakan tanah Puro Pakualaman.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero), Tommy Soetomo, beberapa waktu lalu mengatakan kondisi Bandara Adisutjipto dalam kurun 5-10 tahun ke depan akan mengalami pertumbuhan rata-rata penumpang sampai 10 persen per tahun.
Hal ini menimbulkan kekurangan kapasitas dan fasilitas bandara antara lain terminal, runway, taxiway, apron dan parkir kendaraan. Dari sisi jumlah, pada 2010 saja penumpang domestik mencapai 3.488.500 orang dan penumpang internasional 206.500 orang.
Sedangkan luas terminal domestik dan internasional yang ada saat ini hanya cukup untuk 1.050.000 penumpang per tahun. PT AP I akan menggandeng GVK, perusahaan India yang mengelola Bandara Internasional Mumbai dan Bangalore.
Sumber : Tribunjogja.com

PT JMI Janji Beri Royalti Rp400 Miliar

YOGYAKARTA– PT Jogja Magasa Iron (JMI) menjanjikan royalti penambangan pasir besi di Pesisir Kulonprogo Rp400 miliar per tahun untuk masing-masing desa.
Komisaris PT JMI Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo mengatakan aturan pembagian royalti atau kekayaan dalam proyek penambangan pasir besi di Kulonprogo berbeda dengan program penambangan sebelumnya. Secara nasional, untuk menghitung royalti, berasal dari hasil bersih tambang. Jadi kalau ikut cara nasional, pihak yang dapat royalti itu hanya Pemprov DIY dan pemerintah pusat. ”Tapi untuk yang pasir besi ini, ngitung-nya dari jumlah produksi. Kalau (royalti) dari hasil bersih bisa permainan perusahaan.Produksi kan tidak dikontrol semua,”katanya saat ditemui di Kepatihan Yogyakarta, kemarin.
Dari pembagian royalti dengan model itu, banyak pihak yang akan kecipratan rezeki dari penambangan pasir besi tersebut. Yang dapat royalti dari proyek ini,selain Pemprov DIY dan pemerintah pusat, Pemkab Kulonprogo beserta ratusan desanya serta kabupaten dan kota di seluruh DIY akan mendapatkan royalti itu. ”Persentasenya sendiri-sendiri. Jika full produksi per tahun maka masing-masing desa di Kulonprogo mendapatkan Rp400 miliar per tahun,” ungkapnya. Adik Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X ini menambahkan, angka Rp400 miliar per tahun itu belum termasuk dari kegiatan sosial perusahaan atau coorparate social responsibility (CSR).
”Jumlah Rp400 miliar per tahun itu baru royaltinya, belum CSR-nya loh.Semua desa di Kulonprogo mendapatkan royalti,bukan hanya desa yang ditempati (penambangan).Bisa dibayangkan Kulonprogo itu nanti menjadi kabupaten metropolitan,” paparnya. Joyokusumo menambahkan, persoalannya adalah warga belum siap menerima royalti Rp400 miliar per tahun tersebut. Indikasinya,masih ada penolakan dari warga pesisir yang tergabung dalam Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP). ”Kita sudah mundur empat tahun, mestinya tahun 2008 pabrik (penambangan) sudah berdiri. Sebetulnya yang merugi adalah masyarakat Kulonprogo sendiri,”katanya. Selain mendapat royalti, dengan adanya penambangan pasir besi, setidaknya ada empat pabrik skala besar yang akan berdiri di Kulonprogo.
Keempat pabrik itu, yakni industri pengolahan, pabrik baja, pabrik besi, dan pabrik baja khusus. ”Jika ada pabrik baja khusus, nanti ada investor yang bangun pabrik senjata dan pesawat. Bisa dibayangkan dengan empat pabrik saja Kulonprogo sudah seperti apa (majunya),” ungkapnya. Sudah banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya dengan pabrik-pabrik tersebut. Investor luar negeri, misalnya dari Australia, Kanada, Inggris, dan lainnya. ”Intinya, ini nanti investor bisa berkembang, tidak hanya satu investor. Tapi, tetap semuanya di bawah naungan JMI sebagai perusahaan Keraton dan Paku Alaman,” tandasnya.
Dia membenarkan ada penolakan dari sebagian warga itu membuat perusahaannya merugi. Sebaiknya, warga tidak perlu menolak survei dalam rangka feasiblity study (FS). Lagi pula, yang menolak hanya sebagian kecil masyarakat, sebagian besar masyarakat Kulonprogo bisa menerimanya.” Kalau sampai nanti dihitung dan tidak feasibel, tidak usah diusir saja, kita sudah pergi sendiri kok.Kita memang merugi karena mundur terus, tapi Insya Allah bisa ditata kalau sudah berproduksi,” tandasnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia  (Walhi) Yogyakarta Suparlan mengingatkan lokasi penambangan pasir besi di pantai selatan Kulonprogo tersebut sebenarnya termasuk zona rawan bencana alam seperti tsunami dan banjir. ”Di peta Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) DIY,kawasan tersebut merupakan daerah rawan bencana,” katanya. Seharusnya kawasan rawan bencana tidak boleh untuk kegiatan penambangan, termasuk pasir besi. Selain berpotensi merusak area pertanian, jika penambangan pasir besi dipaksakan, maka risiko bencana alam semakin tinggi.
”Itu (penambangan) akan semakin memperparah tingkat risiko keselamatan manusia dari bahaya bencana alam seperti tsunami dan banjir,”ungkapnya. Selain itu, dengan penambangan pasir besi maka potensi intrusi atau perembesan air laut ke dalam lapisan tanah juga semakin besar. Dampak dari intrusi ini,lahan pertanian menjadi tidak subur karena sudah terkena air laut yang asin. ”Intrusi air laut semakin meningkat, lahan pertanian menjadi tidak subur karena asin,”paparnya.
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/401175/37/